Keperawatan Komunitas

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Gambaran keadaan gizi masyarakat di Indonesia sampai saat ini belum memuaskan. Berdasarkan hasil riskesdas 2007 diperkirakan ada 13,0 % anak Indonesia mengalami gizi kurang,5,4 % di antaranya gizi buruk. Status gizi wanita usia subur kurang energy kronik sebesar 13,6 % di skala nasioanal. Terjadi penurunan secara signifikan terhadap presentase anemia pada ibu hamil, dari 73,3% pada tahun 1986 (SKRT) menjadi 24,5 pada tahun 2007 (Depkes RI, 2008).

Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan kesehatan individu. Kedua faktor tersebut disamping dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi oleh pola asuh anak tidak memadai. Oleh karena itu masalah gizi harus dipecahkan melalui pendekatan keluarga juga dilakukan pendekatan terpadu, tidak hanya dari masalah kesehatan saja, melainkan harus melibatkan berbagai sektor terkait. Untuk menanggulangi masalah gizi, sejak tahun 1960-an pemerintah mulai mengembangkan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). UPGK adalah kegiatan yang berintikan penyuluhan gizi melalui  pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang didukung oleh kegiatan lintas sektor. Kegiatan utama UPGK meliputi pemanfaatan pekarangan, konseling/penyuluhan, dan paket pertolongan gizi. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, pada tahun 1985, kegiatan utama UPGK diintegrasikan dalam kegiatan Posyandu. Sampai dengan tahun 2000 diperkirakan ada 240.000 posyandu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sejak 1997 dengan adanya krisis ekonomi, kegiatan posyandu mulai menurun. Jumlah kunjungan balita di posyandu yang semula diperkirakan mencapai 60 – 70 % menurun menjadi 30 – 40 %, akibat menurunnya partisipasi masyarakat untuk membawa balitanya ke posyandu. Oleh karena itu selama tiga tahun terakhir mulai ditemukan kasus-kasus gizi buruk yang sudah jarang ditemukan.

Untuk menanggulangi masalah tersebut melalui Inpres nomor 8 tahun 1999, pemerintah mencanangkan Gerakan Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi. Gerakan tersebut dilaksanakan melalui 4 strategi utama yaitu pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, pemantapan kerjasama lintas sektor serta peningkatan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan.

Sejalan dengan gerakan tersebut, didalam Undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan di dalam visi Indonesia Sehat 2010, ditetapkan bahwa 80 % keluarga menjadi Keluarga Mandiri Sadar Gizi, karena keluarga mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Kadarzi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Untuk mencapai Kadarzi diperlukan serangkaian kegiatan pemberdayaan diberbagai tingkat dimulai dari keluarga, masyarakat dan petugas yang diarahkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap perbaikan gizi masyarakat melalui Gerakan Nasional.

Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat adalah lingkungan dan perilaku, disamping pelayanan kesehatan dan keturunan, lingkungan dan perilaku mempunyai hubungan simbiosis mutualis dalam sebuah komunitas. Dalam menciptakan komunitas yang sehat, diperlukan adanya sebuah gerakan yang mampu memberikan transformasi efektif dan berkelanjutan yaitu gerakan desa sehat. Desa Sehat merupakan gerakan pemberdayaan segenap potensi warga & kelompok masyarakat dalam menciptakan keluarga dan lingkungan yang sehat.

Dari beberapa hal diatas, pengembangan desa/dusun diharapakan dapat menjadi salah satu jalan keluar dari berbagai permasalahan yang ada, sehingga akhirnya dapat berpengaruh kepada isu-isu global dapat turut mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sebagai bagian dari integral dari pelayanan kesehatan, keperawatan khususnya keperawatan komunitas diharapkan mempunyai kompetensi untuk mengembangkan desa/dusun menjadi desa/dusun yang sehat. Sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, perawat komunitas mempunyai kapasitas dalam melakukan kemitraan dan kerja sama lintas sector dan lintas program. Pada makalah ini penulis mencoba merancang model pengembangan desa/dusun sehat melalui indikator gizi sehat dikeluarga dan komunitas.

  1. Tujuan
    1. Tujuan umum

Menyusun perencanaan pengembangan desa/ dusun sehat melalui indikator gizi sehat dikeluarga dan komunitas.

  1. Tujuan khusus
    1. Memahami konsep desa sehat yang ada di Indonesia
    2. Mengintegrasikan konsep keperawatan komunitas dalam pengembangan desa/dusun sehat
    3. Melakukan perencanaan pengembangan desa/dusun sehat melalui indikator gizi sehat dikeluarga dan komunitas.

BAB II

INDIKATOR GIZI SEHAT

DI KELUARGA DAN KOMUNITAS

  1. 1.      Desa sehat
    1. a.    Definisi desa sehat

Desa sehat adalah suatu upaya untuk menyehatkan kondisi pedesaan yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni warganya dengan mengoptimalkan potensi masyarakat , melalui pemberdayaan kelompok kerja masyarakat , difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan wilayah.

Desa sehat adalah desa yang memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri (Depkes RI, 2006).

  1. b.      Tujuan dibentuknya desa sehat:

Tujuan umum:

Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) didesanya.

Tujuan khusus:

1)   Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat

2)   Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan

3)   Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

4)   Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa

  1. c.    Ciri-Ciri desa sehat

1)      Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi

2)      Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan pemerintah sebagai fasilitator

3)      Mengutamakan pendekatan proses dari pada target, tidak mempunyai batas waktu, berkembang sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat yang dicapai secara bertahap.

4)      Penyelenggaraan kegiatan didasarkan kesepakatan dari masyarakat (Toma, LSM setempat) bersama Pemkab

5)      Kegiatan tersebut dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah, kegiatan inovatif dari berbagai sektor yang dilakukan melalui partisipasi masyarakat dan kerjasama

6)      Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan budaya setempat

  1. d.      Sasaran

1)   Terlaksananya program kesehatan dan sektor terkait yang sinkron dengan kebutuhan masyarakat, melalui perberdayaan forum yang disepakati masyarakat.

2)   Terbentuknya forum masyarakat yang mampu menjalin kerjasama antar masyarakat, pemerintah kabupaten dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan berkelanjutan dalam mewujutkan sinergi pembangunan yang baik.

3)   Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya serta perilaku dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara adil, merata dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di kabupaten tersebut secara mandiri.

4)   Terwujutnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk menigkatkan produktifitas dan ekonomi wilayah dan masyarakatnya sehingga mampu meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat menjadi lebih baik.

  1. 2.      Gizi Sehat
    1. a.    Definisi gizi sehat

Gizi sehat adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang dikonsumsi dalam satu hari sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dalam derajat kesehatan, tumbuh kembang serta produktivitasnya yang optimal. Gizi seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting yang terkandung di dalam makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang harus makan makanan dan minum minuman yang mengandung tiga zat gizi utama yang cukup jumlahnya, baik zat tenaga, zat pembangun maupun zat pengatur. Tidak seimbang ataupun kurang asupan gizi akan dapat mempengaruhi tubuh seseorang. Penyelenggaraan makanan memiliki peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan dan gizi masyarakat, terutama anak usia 1-6 tahun. Penyelenggaraan makanan dapat mendorong tumbuhnya kebiasaan makan yang baik dan sehat. Penyelenggaraan makanan menurut Tarwojo (1983) adalah suatu kegiatan yang meliputi perencanaan, pembelanjaan, penyimpanan, pengolahan, dan menghidangkan makanan.

Pengertian makanan sehat seimbang menurut Nasoetion dan Hadi (1995) adalah hidangan atau masakan yang mengandung energi dan zat gizi secara seimbang, baik jenis maupun jumlahnya. Penyelenggaraan makanan sehat seimbang yang dimaksud adalah pelaksanaan pengelolaan makanan yang meliputi penyusunan menu, pemilihan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, dan penyajian makanan yang mengandung energi dan memenuhi kecukupan zat gizi, baik jenis maupun jumlahnya.

Kecukupan zat gizi menurut Ngadimin (1992) adalah banyaknya zat gizi yang harus dipenuhi agar dapat menjamin hidup sehat dari semua orang.

1)      Sumber Tenaga

Zat sumber pembangkit tenaga dalam tubuh bisa kita dapatkan dari padi-padian, tepung-tepungan, umbi-umbian, dan lain sebagainya. Berfungsi sebagai pemberi energi / tenaga untuk kegiatan hidup manusia.

2)      Zat Pengatur

Zat pengatur dalam tubuh bisa kita dapatkan dari sayur-mayur dan buah-buahan. Fungsi utama dari zat pembangun adalah untuk memberi tubuh perlindungan maksimal terhadap serangan penyakit.

3)      Zat Pembangun

Zat pembangun di dalam tubuh bisa kita dapatkan dari protein hewani dan nabati seperti kacang-kacangan, susu, keju, yoghurt, dan lain-lain. Zat pembangun sangat berguna untuk meregenerasi sel-sel yang mati agar bisa berganti dengan yang baru.

Menu adalah rangkaian dari beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok orang untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa susunan hidangan pagi, hidangan siang ataupun hidangan malam. Menu seimbang menurut Ngadimin (1992) adalah susunan menu yang menggunakan beberapa  golongan bahan makanan dan penggantinya dengan memperhatikan keseimbangan zat gizinya, baik jumlah maupun macamnya. Jadi menyusun menu adalah menyusun macam-macam hidangan untuk setiap kali makan atau lebih dengan memperhatikan keseimbangan zat gizinya.

Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, dapat memilih bahan makanan yang baik, dan sesuai dengan keadaan social, ekonomi dan budaya, mengurangi kehilangan zat gizi selama penyiapan makan serta mengurangi kebosanan akan menu makanan. Dalam merencanakan menu seimbang perlu memperhatikan berbagai faktor, yaitu kecukupan gizi, pemilihan bahan makanan yang baik dan sesuai, serta penyelenggaraan makanan. Proses yang harus dilakukan dalam menyusun menu adalah menentukan kecukupan gizi , menentukan hidangan, penentuan pemilihan bahan makanan, serta pengolahan bahan makanan.

Penyusunan menu seimbang dengan berpedoman pada menu empat sehat lima sempurna yang terdiri dari :

1)      Makanan pokok; merupakan makanan yang mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber utama penghasil tenaga, contoh bahan makanan yang mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber utama penghasil tenagga, contoh bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, sagu, ubi kayu, talas dan sebagainya.

2)      Lauk pauk; merupakan sumber zat pembangunan dan berfungsi sebagai . sumber protein. Lauk pauk dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati. Lauk pauk hewani meliputi ikan, telur, daging ayam,daging sapid an sebagainya, sedangkan lauk pauknabati terdiri dari tahu, tempe,oncom, dan jenis kacang-kacangan.

3)      Sayuran; merupakan sumber vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat pengatur. Sayuran berwarna lebih baik daripada sayuran yang tidak berwarna. Contoh sayuran berwarna yaitu bayam, kangkung, wortel, daun singkong, daun papaya, daun katuk, tomat, kacang panjang, sosin dan sebagainya.

4)      Buah-buahan; merupakan sumber vitamin dan mineral yang mempunyai fungsi sebagai zat pengatur.

5)      Susu; merupakan minuman yang mengandung protein yang tinggi sehingga memiliki kandungan gizi paling lengkap yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan lainnya, dengan kata lain susu merupakan penyempurna hidangan empat sehat lima sempurna untuk memenuhi kebutuhan gizi.

13    pesan Dasar Gizi Seimbang:

  1. Makan aneka ragam makanan
  2. Memenuhi kecukupan energi
  3. 50% dari kebutuhan energi berasal dari karbohidrat kompleks (tepung)
  4. Batasi konsumsi lemak dan minyak, maksimum 25% total energi
  5. Gunakan garam beryodium
  6. Cukup sumber zat besi
  7. ASI eksklusif untuk bayi sampai berumur 4 bulan
  8. Biasakan sarapan
  9. Minum air bersih dan cukup jumlahnya
  10. Kegiatan fisik dan olahraga teratur
  11. Hindari minuman beralkohol
  12. Makan makanan yang aman
  13. Baca label makanan yang dikemas

b.      Tujuan, sasaran, dan indikator

1)      Tujuan

Umum: Tercapainya keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga Khusus:

a)      Meningkatnya pengetahuan dan perilaku anggota keluarga untuk mengatasi masalah gizi

b)      Meningkatnya kepedulian masyarakat dalam menanggulangi masalah gizi keluarga

c)      Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petugas dalam memberdayakan masyarakat/keluarga dalam mencegah dan mengatasi masalah gizi

2)      Sasaran

a)      Seluruh anggota keluarga

b)      Seluruh anggota masyarakat yang terdiri dari: penentu kebijakan, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, Swasta/dunia usaha

c)      Petugas teknis dari lintas sektor terkait di berbagai tingkat administrasi

3)      Indikator gizi sehat di keluarga dan komunitas

a)      Makanan tidak mengandung kuman penyakit

Mungkinkah makanan sehat bisa memicu penyakit? Bisa saja. Namun, hal ini bukan karena kandungan nutrisi di dalam makanan sehat, tapi cara mengolah yang salah bisa bikin tubuh terserang penyakit. Jika Anda tak ingin makanan favorit berubah menjadi racun buat kesehatan, pastikan makanan yang akan dikonsumsi benar-benar aman dikonsumsi dan bebas kuman. Caranya dengan memasak dan menyajikannya dengan benar.

Khusus untuk jenis makanan berikut ini, sebaiknya Anda lebih cermat saat mengolahnya, seperti dikutip dari laman Health.

  • ·         Sayuran berdaun hijau

Misalnya, selada, bayam, dan kangkung. Kuman yang ada dalam sayuran ini bisa didapat dari kontaminasi pupuk kimia, bilasan air kotor, atau tangan tidak bersih saat memegangnya.Untuk melenyapkan kuman dari sayuran ini, pastikan mencucinya dengan bersih. Saat Anda memotong sayur dan daging, jangan menggunakan papan yang sama agar terhindar dari bakteri yang bisa dipindahkan dari daging ke sayuran.

  • Telur
    Bakteri salmonella bisa didapat dari telur. Namun, jangan khawatir Anda bisa membunuh bakteri ini dengan memasaknya dengan baik dan matang sempurna. Sebaiknya, hindari makanan yang mengandung telur mentah untuk menghindari terjangkit bakteri ini.
  • ·         Ikan Tuna

Jenis ikan ini dapat terkontaminasi scombrotoxin, zat yang menyebabkan sakit kepala atau kram. Tuna juga dikaitkan dengan 268 wabah keracunan scombroid sejak 1990. Anda perlu hati-hati, jika ikan ini disimpan di lemari pendingin di bawah 60 derajat. Sebab, ikan yang tidak disimpan dengan benar dapat melepaskan toksin, yang tidak hancur walau dimasak.

  • Tiram
    Ini merupakan salah satu makanan yang lezat. Tahukah Anda, sebelumnya atau ketika masih di dasar laut, tiram merupakan salah satu spesies yang bersifat menyaring air laut. Bayangkan jika mereka menyaring air laut yang terkontaminasi racun (atau terkontaminasi selama penanganan). Tapi jangan langsung tidak makan tiram. Tiram dapat berbahaya bila proses penyajiannya tidak sehat. Jika disajikan mentah atau kurang matang, tiram dapat mengandung kuman yang dikenal sebagai Vibrio vulnificus, yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan diare.
  • Kentang
    Bila dimasak dengan benar, kentang tidak mungkin menyebabkan sakit. Kentang akan membahayakan kesehatan jika Anda tidak hati-hati saat mencucinya. Misalnya, Anda mencampurnya dengan daging saat mencuci, biasanya hal ini bisa menjadi sumber berkembangnya kuman.
  • ·         Keju
    Hati-hati, keju juga bisa mengandung bakteri. Keju dapat terkontaminasi dengan bakteri seperti Salmonella atau Listeria, yang dapat menyebabkan keguguran. Itu sebabnya dokter memperingatkan wanita hamil untuk menghindari keju lunak.
  • Tomat
    Agar tidak menyebabkan sakit, pastikan Anda mencuci tangan selama 20 detik dengan air hangat dan sabun sebelum dan sesudah menyiapkan buah ini.

b)      Makanan yang tidak mengandung formalin maupun bahan kimia yang lain

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.

Formalin dapat digunakan sebagai :

Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya

  1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
  2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
  3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
  4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur awet beberapa hari dan tidak mudah basi

Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.

 

c)      Makanan mengandung cukup karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.

  • Karbohidrat

Sebagai sumber utama energy yang murah. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna masih memberikan fungsi yaitu memberikan volume kepada lambung sehingga menimbulkan rasa kenyang, memberikan rangsangan mekanik, dan melancarkan gerakan peristaltic yang melancarkan aliran bubur makanan serta memudahkan pembuangan tinja. Umumnya di Indonesia 70%-80% dari keseluruhan energy untuk keperluan tubuh berasal dari karbohidrat. Bahan makanannya terdiri dari beras giling, oncom, sagu, tempe, tahu, dll.

  • Protein

Tubuh manusia mensintesa suatu protein tertentu bila semua asam amino yang diperlukan untuk struktur protein tersebut tesedia lengkap dalam jumlah masing-masing yang cukup. Bila ada yang kurang tetapi dari jenis non-esensial, maka asam amino ini akan disintesa lebih dahulu agar menjadi lengkap dan baru protein tersebut dapat disusun. Tetapi bila yang tidak ada adalah asam amino esensial, maka tubuh tidak dapat mensintesanya dan protein tersebut tidak dapat disusun. Dapat tidaknya protein tersebut dibentuk oleh tubuh tergantung dari ada tidaknya semua asam amino esensial yang lengkap dan dalam jumlah yang dibutuhkan masing-masing individu. Bahan makanannya terdiri dari daging, hati, susu, telur, kacang ijo, dll.

  • Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber utama energy yaitu cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu dari tubuh, sebagai sumber asam lemak polyunsaturated fatty acid (PUFA) yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit dan rambut, berfungsi sebagai pelarut vitamin-vitamin (A,D,E, dan K) yang larut dalam lemak. Lemak merupakan zat gizi padat energy, nilai kalorinya 9 kalori setiap gram lemak. Didalam hidangan sebaiknya jumlah kalori sebesar 15 – 20% dari jumlah kalori total berasal dari lemak.

  • Vitamin

Vitamin dibedakan menjadi 2, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E,K).

Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain :

1. Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.

2. Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dalam tubuh dan membantu penyerapan zat lemak oleh usus.

3. Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata dan enzim dan berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.

4. Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam proses pertumbuhan dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.

5. Vitamin C berfungsi sebagai aktivator macam-macam fermen perombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel, penting dalam

pembentukan trombosit.

6. Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam bersama-sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar endokrin.

7. Vitamin E berfungsi mencegah perdarahan bagi wanita hamil serta mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel sedang membelah.

8. Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin, yang berarti penting dalam proses pembekuan darah. (Notoatmodjo, 2003)

  • Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang cukup penting bagi tubuh manusia, sekitar 4% dari tubuh manusia teriri atas mineral.

Untuk mencapai pemenuhan setiap unsure diatas maka makanan yang dikonsumsi harus bervariasi atau beraneka ragam. Di Indonesia, hal ini dapat dicapai melalui ralisasi pedoman gizi seimbang dalam menu makanan sehari-hari.

d)     Makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh pada usia dan kondisi tertentu

Jenis Hidangan, Takaran,

Frekuensi, Alat Hidang, Penataan Beserta Garnish

No

Nama

Bahan

Jenis

Hidangan

Takaran

Konsumsi

Frek-uensi

Alat

Hidang

Hiasan

1 Beras a.       Nasi putihb.      Nasi tim

c.       Bubur

d.      Nasi goreng

e.       Nasi kuning

f.       Nasi uduk

1 piring 3x sehari 1.      Bakul2.      Piring

3.      Mangkuk

a.      Irisan daun bawangb.      Bawang goreng

c.       Irisan timun

d.      Irisan tomat

e.       Irisan telur dadar

f.       Irisan timun

g.      Bawang goreng

2. Lauk hewani:Ikan

Ayam

Daging

a.       a. Pepes ikanb.      b. Goreng ikan

c.       c. Semur ikan

a.       a. Pepes ayam

b.      b. Goreng ayam

c.       c. Opor ayam

a.Ungkep daging

b.Dendeng daging

2-3 potong sedang 3x sehari a.       Piringb.      Mangkuk a.Daun kemangib. Sambal kecap

a.Daun kemangi

b. Selada bakar, irisan timun, irisan tomat

c. Daun kemangi

a.Bawang goreng

b.Kulit tomat yang dibuat bunga

3. Lauk nabati :Tahu

Tempe

a.Goreng tahub.Nugget tahu

c.Pepes tahu

d.Orak arik tahu

a.Goreng tempe

b.Pepes tempe

c.Bacem tempe

1-2 potong sedang 3x sehari Piring a.kulit tomat yag dijadikan bungab. daun seledri

c.daun kemangi

d.irisan tomat

a.Daun seledri

b.Daun kemangi

c.Irisan tomat

4 SayuranSayuran hijau atau daun

Sayuran buah

a.Tumis kangkungb.Sayur bayam

a.Sayur sop

b.Sayur asem

c.Capcay

½ mangkuk 3x sehari a.Piringb.Mangkuk a.Irisan tomata.Daun seledri

b.Irisan tomat

C.Irisan timun

5 Buah a.Buah segarb.Buah potong

c.Sari buah (jus)

d.Buah lumat

2-3 potong sedang 2x sehari a.Piringb.Piring kecil

c.Piring kertas

d.Gelas

Potongan buah itu sendiri
6 Susu a.Susu ASIb.Susu formula

c.Susu sapi

1 gelas a.sesering mungkinb.2x sehari

c.2x sehari

a.Botol susub.Gelas

Bentuk Takaran, Frekuensi Makanan

Berdasarkan Kelompok bayi, toddler, dan preschool

Kelompok Umur

Bentuk Makanan

Frekuensi Makanan

0-6 bulan

ASI ekslusif

Sesering mungkin

6-9 bulan

Makanan lumat

2x sehari, 2 sendok makan setiap kali makan

9-12 bulan

Makanan lembek

3x sehari, ditambah 1-2 kali makanan selingan

1-3 tahun

Makanan keluarga

1-1  piring nasi

2-3 potong sedang lauk hewani

1-2 potong lauk sedang nabati

½ mangkuk sayur

2-3 potong buah-buahan

1 gelas susu

3x sehari, ditambah 2 kali makanan selingan

4-6 tahun

1-3 piring nasi

2-3 potong sedang lauk hewani

2        potong lauk sedang nabati

1-1mangkuk sayur

2-3 potong buah-buahan

1-2 gelas susu

3x sehari, ditambah 2 kali makanan selingan

c.       Strategi pemberdayaan keluarga dan masyarakat terhadap perilaku gizi sehat

Tahap awal strategi pemberdayaan keluarga dan masyarakat dimulai dari melibatkan secara aktif keluarga dan masyarakat dalam identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga, maupun masyarakat, identifikasi potensi keluarga. Hasil pemetaan dibahas bersama masyarakat untuk merencanakan tindak lanjut. Apabila masalah tersebut bisa diselesaikan langsung oleh keluarga maka tidak perlu dilakukan pembinaan, akan tetapi bila ditemui masalah kesehatan dan masalah lain maka perlu dirujuk ke petugas kesehatan dan petugas sektor lain.

1)      Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan, sikap  dan perilaku gizi seimbang, misalnya melalui pengembangan konseling dan KIE sesuai kebutuhan setempat.

2)      Melakukan advokasi, sosialisasi dan mobilisasi para pengambil keputusan, pejabat pemerintah di berbagai tingkat administrasi, penyandang dana dan pengusaha dengan tujuan meningkatkan kepedulian/komitmen terhadap masalah gizi di tingkat keluarga dan masyarakat.

3)      Mengembangkan jaringan kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, tokoh agama, media massa, kelompok profesi lainnya untuk mendukung tercapainya tujuan desa sehat melalui gizi sehat baik dikeluarga maupun di masyarakat.

4)      Menerapkan berbagai teknik pendekatan pemberdayaan petugas yang ditujukan untuk mempercepat perubahan perilaku dalam mewujudkan desa sehat melalui gizi sehat baik dikeluarga maupun di masyarakat.

  1. Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat

Menurut Hadi (2005), solusi yang bisa kita lakukan adalah berperan bersama-sama.

Peran Pemerintah dan Wakil Rakyat (DPRD/DPR). Kabupaten Kota daerah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan yang mempunyai filosofi yang baik “menolong bayi dan keluarga miskin agar tidak kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI.

Peran Perguruan Tinggi. Peran perguruan tinggi juga sangat penting dalam memberikan kritik maupun saran bagi pemerintah agar supaya pembangunan kesehatan tidak menyimpang dan tuntutan masalah yang riil berada di tengah-tengah masyarakat, mengambil peranan dalam mendefinisikan ulang kompetensi ahli gizi Indonesia dan memformulasikannya dalam bentuk kurikulum pendidikan tinggi yang dapat memenuhi tuntutan zaman.

Menurut Azwar (2004). Solusi yang bisa dilakukan adalah :

  1. Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk menderita masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait perlu memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta target yang ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh sektor terkait.
  2. Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat, sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
  3. Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’ (efektif dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target yang spesifik tetapi membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya pemberian Yodium pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat mencegah cacat permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang dilahirkan. Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui pembiayaan publik.
  4. Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat dan evidence base dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem informasi yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi melalui kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
  5. Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam upaya penanggulangan masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun kemampuan manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang berperan untuk pembangunan sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa aspek yang saling mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi, misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
  6. Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan dengan swasta, LSM dan masyarakat.

3. Konsep keperawatan keluarga

  1. a.      Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).

  1. b.      Tipe/Bentuk Keluarga

Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:

1)   Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

2)   Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.

3)   Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4)   Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5)   Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

6)   Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

  1. c.       Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1)      Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.

2)      Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.

3)      Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

  1. d.      Fungsi Keluarga

Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:

1)      Fungsi Afektif

2)      Fungsi Sosialisasi

3)      Fungsi reproduksi

4)      Fungsi Ekonomi

5)      Fungsi Perawatan Kesehatan

4. Konsep keperawatan komunitas

  1. a.      Pengertian

Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia yang lain berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO(1959) keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan social, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, menyempurnakan kondisi social, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat akan terpengaruh secara keseluruhan.

 

 

 

 

  1. b.      Tujuan keperawatan komunitas

1)      Tujuan umum:

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.

2)      Tujuan khusus:

a)      Masyarakat paham mengenai konsep sehat sakit

b)      Masyrakat paham mengenai konsep gizi sehat

c)      Tertanganinya kelompok masyarakat rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan dirumah, dan dimasyarakat

d)     Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat optimal.

  1. c.       Sasaran keperawatan komunitas

1)      Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan yang utuh dari aspek biologi, psikologi, sosiologi, dan spiritual.

2)      Keluarga sebagai klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, didalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

3)      Masyarakat sebagai klien

Masyarakat memiliki ciri yaitu adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum, dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.

  1. d.      Lingkup keperawatan komunitas

Bentuk asuhan/pelayanan langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal. Keperawatan komunitaas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, maupun resosialitatif.

 

 

  1. e.       Peran perawat komunitas

1)      Pemberi pelayanan: memberikan yankep langsung dan tidak langsung kepada klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

2)      Pendidik: memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan risiko tinggi atau kader kesehatan

3)      Pengelola: merencanakan, mengorganisasi, mengerakkan dan mengevaluasi yankep baik langsung maupun tidak langsung dan menggunakan peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan keprawatan komunitas.

4)      Konselor: memberikan konseling atau bimbingan kepada kader, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas

5)      Pembela klien (advokator): melindungi dan memfasilitasi dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas

6)      Peneliti: melakukan penelitian untuk mengembangkan keperawatan komunitas

  1. 5.      Konsep pasar sehat
    1. a.    Pengertian

Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dengan pembeli, dimana penjual dapat memperagakan barang dagangannya dan membayar restribusi. Pasar merupakan salah satu tempat umum yang sering dikunjungi oleh masyarakat, sehingga memungkinkan terjadinya penularan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantaraan vektor seperti lalat . Sanitasi pasar adalah usaha pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat hubunganya dengan timbul atau merebaknya suatu penyakit. Sedangkan pengertian Pasar  sehat , merupakan tempat  dimana semua  pihak-pihak terkait  bekerjasama  untuk menyediakan  pangan yang aman, bergizi  dan  lingkungan yang  memenuhi  persyaratan kesehatan. Oleh karena itu, pasar harus memenuhi persyaratan kesehatan baik dari segi sanitasi maupun dari konstruksi. Adapun persyaratan kesehatan pasar mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, sebagai berikut :

  1. b.      Persyaratan Kesehatan lingkungan pasar

1)   Lokasi

a)      Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR)

b)      Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai, aliran lahar, rawan longsor, banjir dsb

c)      Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan penerbangan termasuk sempadan jalan

d)     Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas lokasi pertambangan

e)      Mempunyai batas wilayah yg jelas, antara pasar dan lingkungannya

2)      Bangunan

a)      Penataan Ruang dagang

  • Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan klasifikasinya seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan unggas
  • Tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus
  • Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya minimal 1,5 meter
  • Setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan mudah dilihat
  • Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 m
  • Khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bahan berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona makanan dan bahan pangan.

b)      Tempat penjualan bahan pangan basah

  • mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan kemiringan yg cukup shg tidak menimbulkan genangan air dan tersedia lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan dg tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bhn tahan karat dan bukan dari kayu
  • penyajian karkas daging harus digantung
  • alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung bahan beracun, kedap air dan mudah dibersihkan
  • pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat
  • tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan daging menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu rendah (4-10º C)
  • tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan
  • tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
  • saluran pembuangan limbah tertutup, dg kemiringan sesuai ketentuan yg berlaku sehingga memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area penjualan
  • tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
  • tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk

c)      Tempat penjualan bahan pangan kering

  • mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yg rata dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai
  • meja tempat penjualan terbuat dari bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
  • tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
  • tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
  • tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat perindukannya (tempat berkembang biak) seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk

d) Tempat Penjualan Makanan Jadi/Siap Saji

  • Tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yg rata dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat  bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu
  • Tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
  • Tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yg kuat, aman, tidak mudah berkarat dan mudah dibersihkan
  • saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup dengan kemiringan yg cukup
  • tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat
  • tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk
  • pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang tidak boleh digunakan untuk makanan kering/mentah

e) Lantai

  • lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak dan mudah dibersihkan
  • lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan pembuangan air sesuai ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan air

f)       Pencahayaan

  • Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan makanan
  • Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan jelas minimal 100 lux

g)      Ventilasi

Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling berhadapan (cross ventilation)

h)      Pintu

Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang berbau tajam agar menggunakan pintu yg dapat membuka dan menutup sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk menghalangi binatang penular penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk

  1. c.       Sanitasi

1)      Air Bersih

a)      Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang

b)      Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan

c)      Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan dilengkapi dengan kran yg tidak bocor

d)     Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m

e)      Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali

2)      Kamar Mandi dan Toilet

a)      Harus tersedia toilet laki2 dan perempuan yg terpisah dilengkapi dengan tanda/simbol yg jelas dengan proporsi sbb :

No Jumlah Pedagang Jumlah kamar mandi Jumlah Toilet
1 1 s/d  25 1 1
2 25  s/d  50 2 2
3 51  s/d  100 3 3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan satu toilet

b)      Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yg cukup  dan bebas jentik

c)      Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air

d)     Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yg cukup yg dilengkapi dengan sabun dan air yg mengalir

e)      Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan yg tidak mencemari air tanah dg jarak 10 m dari sumber air bersih

f)       Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dg kemiringan sesuai ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan

g)      Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan dan bahan pangan

h)      Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux

i)        Tersedia tempat sampah yg cukup

3)      Pengelolaan Sampah

a)      Setiap kios/los/lorong terseia tempat sampah basah dan kering

b)      Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkan

c)      Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan

d)     Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut sampah

e)      TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit

f)       Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari bangunan pasar

g)      Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam

4)      Drainase

a)      Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yg terbuat dari logam sehingga mudah dibersihkan

b)      Limbah cair yg berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL), sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum

c)      Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air limbah

d)     Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dg ketentuan yg berlaku sehingga mencegah genangan air

e)      Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase

f)       Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali

5)      Tempat cuci tangan

a)      Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yg mudah dijangkau

b)      Fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yg mengalir dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yg tertutup

6)      Kualitas Makanan dan Bahan Pangan

a)      Tidak basi

b)      Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax, formalin, pewarna textil yg berbahaya sesuai dengan peraturan yg berlaku

c)      Tidak mengandung residu pestisida diatas ambang batas

d)     Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahu 2003 tentang makanan jajanan

e)      Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalm suhu rendah (4-10ºC), tidak kadaluwarsa dan berlabel jelas

f)       Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu  0 s/d 4ºC; sayur, buah dan minuman disimpan dalam suhu 10 ºC; telur, susu dan olahannya disimpan dalam suhu 5-7 ºC

g)      Penyimanan bahan makanan harus ada jarak dg lantai, dinding dan langit-langit : jarak dg lantai 15 cm, dg dinding 5 cm, dg langit2 60 cm

h)      Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol maksimal 100 kuman per cm3 permukaan dan kuman esdhericiacoli adalah nol.

  1. d.      Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1)      Pedagang dan Pekerja

a)      Bagi pedagang daging/unggas, ikan dan pemotong unggas menggunakan alat pelindung diri sesuai dg pekerjaanannya (sepatu boot, sarung tangan, celemek, penutup rambut dll)

b)      Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangan dengan sabun, tidak merokok, mandi sebelum pulang terutama bagi pedagang dan pemotong unggas, tidak buang sampah sebarangan, tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll)

c)      Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala. Minimal 6 bulan sekali

d)     Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung, seperti : diare, hepatitis, TBC, kudis, ISPA dll.

2)      Pengunjung

a)      Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah sebarangan, tidak merokok, tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll

b)      Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang unggas/hewan hidup, daging, ikan

BAB III

KONDISI LAPANGAN

Berdasarkan hasil LabNik keluarga dan komunitas mahasiswa keperawatan Kharisma Karawang pada bulan April-Mei yang dilakukan di desa Karangpawitan, Kp. Kepuh RW. 15 RT.03 ditemukan data mengenai gizi yang merupakan hasil pengisian lembar kuesioner dan wawancara yang diajukan kepada warga yaitu:

Sebanyak 52.6% masyarakat dalam mengolah sayuran dengan cara memotong terlebih dahulu yang baru kemudian dicuci, menurut konsep hal itu kurang benar karena vit yang terkandung dalam sayuran tersebut akan mudah terlarut dalam air seperti vit B kompleks, dan vit c, ataupun zat-zat mineral lainnya. Kemudian sebanyak 63% masyarakat menyukai menu bakso, dalam hal ini patut diwaspadai dalam mengkonsumsi bakso karena dalam produksinya begitu marak penggunaan bahan-bahan kimia seperti formalin yang sudah dijelaskan dibagian sebelumnya. Sebanyak 39.6% anak sulit dalam makan, banyak faktor mengenai sulitnya anak dalam makan, baik itu faktor internal maupun eksterna. Maka dalam hal ini orang tua patut memberikan pengetahuan kepada anak agar anak paham mengenai gizi sehat atau gizi seimbang. Selain itu sebanyak 72% anak yang sering jajan sembarangan, berdasarkan observasi mahasiswa jajanan yang disajikan rentan menggunakan bahan pengawet dan kurang hygienis. Selain hasil kuesioner ada hasil wawancara mahasiswa terhadap beberapa warga, menyatakan kurang paham mengenai gizi yang sehat maupun seimbang, mereka hanya menyatakan bahwa makanan tersebut hanya untuk mengenyangkan perut saja tanpa tahu kandungan gizi yang terdapat dalam makanan tersebut.

Hasi pengkajian dengan menggunakan model konseptual community as partner (Anderson Mc Farlan)

Model Pengkajian Community As Partner

 

Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.

Sumber: Anderson McFarlan,:Community as Partner

  1. 1.      Data inti
    1. Demografi

Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah penduduk baik pria atau wanita. Data diperoleh melalui Puskesmas atau kelurahan berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.

  1. Statistik vital

Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka kematian penduduk yang mengalami gizi kurang. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.

  1. Karakteristik penduduk

Variabel karakteristik penduduk meliputi :

–   Fisik : jenis keluhan yang dialami oeh warga yakni kurangnya gizi anak, terlebih banyak anak yang mengalami sakit yang berkaitan dengan gizinya, perawat mengobservasi ketika ada program posyandu, banyak balita yang mengalami gizi kurang.

– Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan terhambat atau sulit untuk berkembang.

–  Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus gizi kurang masih acuh dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.

–  Perilaku :  pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang, terlebih banyak orang tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi.

2. Sub sistem

  1. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap penurunan daya tahan tubuh bagi orang yang mengalami gizi kurang, selain faktor untuk menjamin mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat salain itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.

  1.  Sistem kesehatan

Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersedian posbindu belum ada.

  1. Ekonomi

Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.

  1. Keamanan dan transportasi

Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan untuk dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah akses mendapatkan layanan kesehatan.

Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.

  1. Kebijakan dan pemerintahan

Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat dalam

  1. Komunikasi

Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap penderita gizi kurang.

  1. Pendidikan

Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk tentang pengertian gizi sehat, bahaya dan dampak kurang gizi, cara mengatasi gizi kurang, bagaimana cara perawatan gizi kurang, dan cara mencegah gizi kurang. Mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu SD bahkan tidak sekolah.

  1. Rekreasi

Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.

      3. Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap gizi kurang masih acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai gizi kurang.

 


BAB IV

PEMBAHASAN

 

Dalam Rensta Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014 dinyatakan bahwa arah pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas nasional, SPM bidang kesehatan, dan MDGs (Kepmenkes RI, 2010).

Setelah ditemukan permasalahan tersebut maka akan disusun beberapa penyelesaian masalah melalui forum komunikasi yaitu dengan kegiatan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang didasarkan atas pengembangan desa sehat melalui indikator gizi sehat.

Adapun program yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan sosialisasi mengenai gizi sehat dan pemanfaatan sumber makanan sehat yang didapat dari pasar sehat.
  2. Memperbaiki lingkungan fisik, social, ekonomi, dan budaya masyarakat yang mempengaruhi gizi masyarakat dengan bekerja sama dengan beberapa instansi terkait seperti dinas social, dinas kebudayaan masyarakat, maupun dinas perekonomian.
  3. Membentuk suatu kelompok kerja kesehatan yang peduli terhadap kesehatan masyarakat tertuma dalam bidang pembenahan gizi sehat pada keluarga maupun komunitas.
  4. Melakukan pelatihan terhadap para kader dalam bidang kesehatan maupun sector lain agar mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap perkembangan kesehatan, ekonomi, budaya maupun bidang lain.
  5. Melakukan kerja sama lintas sector dengan dinas perdagangan dan instansi-instansi terkait untuk mensosialisasikan pasar sehat atau memperbaiki fasilitas penunjang pasar sehat agar masyarakat mendapatkan sumber gizi sehat yang diperoleh dari pasar tersebut.

No

Program

Target Populasi

Lintas Sektor

Kebutuhan Budget

Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

Melakukan sosialisasi mengenai gizi sehat dan pemanfaatan sumber makanan sehat yang didapat dari pasar sehat.Memperbaiki lingkungan fisik, social, ekonomi, dan budaya masyarakat yang mempengaruhi gizi masyarakat

Membentuk suatu kelompok kerja kesehatan yang peduli terhadap kesehatan masyarakat tertuma dalam bidang pembenahan gizi sehat pada keluarga maupun komunitas.

Melakukan pelatihan terhadap para kader dalam bidang kesehatan maupun sector lain agar mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap perkembangan kesehatan, ekonomi, budaya maupun bidang lain.

Sosialisasi pasar sehat atau   membangun fasilitas penunjang pasar sehat agar masyarakat mendapatkan sumber gizi sehat yang diperoleh dari pasar tersebut.

TOTAL ANGGARAN

Masyarakat, Kader, BinDes, Puskesmas, aparatur desa maupun kecamatan.Masyarakat, Kader, BinDes, Puskesmas, aparatur desa maupun kecamatan.

Masyarakat, Kader, BinDes, Puskesmas, aparatur desa maupun kecamatan.

Masyarakat, Kader, BinDes, Puskesmas, aparatur desa maupun kecamatan.

Masyarakat, Kader, BinDes, Puskesmas, aparatur desa maupun kecamatan.

DinKes, Ahli gizi.DinKes, Ahli gizi, DinSos.

DinKes, Ahli gizi, DinSos

DinKes, Ahli gizi.

DinKes, Ahli gizi, Dinas Perdagangan, dinas social.

Proposal, undangan, konsumsi, sewa infokus dan layar, penggandaan materi, honor aparatur desa dan dinas terkaitProposal, undangan, konsumsi, sewa infokus dan layar, penggandaan materi, honor aparatur desa dan dinas terkait.

Proposal, undangan, konsumsi, sewa infokus dan layar, penggandaan materi, honor aparatur desa dan dinas terkait.

Proposal, undangan, konsumsi, sewa infokus dan layar, penggandaan materi, honor aparatur desa dan dinas terkait.

Proposal, undangan, konsumsi, sewa infokus dan layar, penggandaan materi, honor aparatur desa dan dinas terkait

Rp. 7.750.000Rp. 8.250.000

Rp. 8.250.000

Rp. 8.000.000

Rp. 875.000.000

Rp. 907.250.000

ANALISA SWOT

No

Strengths

Weakness

Opportunites

Threats

1.

2.

3.

Masyarakat memiliki motivasi untuk memberikan sumbangsih dalam hal pengembangan desa melalui indicator gizi sehatMasyrakat mau berpartisipasi dalam program yang dilakukan oleh mahasiswa

Adanya dukungan dari pihak pemerintah daerah

Kurangnya dukungan keuangan, kurangnya motivasi kader untu mengikuti pelatihan, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Adanya dukungan lintas sektor, adanya kerja sama dengan aparat desa, adanya program pelatihan kader Budaya masyarakat masih kuatLingkungan yang kurang bersih

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

_______. 2009. Indikator kabupaten / kota sehat. http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/11/indikator-kabupatenkota-sehat.html diakses hari selasa, 8 Mei 2012

_______. 2011. Kesehatan lingkungan pasar. http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2012/01/ kesehatan-lingkungan-pasar.html diakses hari selasa, 8 Mei 2012

Anderson, E.,T, and McFarlane, J. 2004. Community as Partner. Theory and Practice in

            Nursing.Third Edition.Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang ; Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004

Depkes. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Friedman.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Gizi.depkes.go.id/kebijakan-gizi/download/Panzi-Final.doc diakses hari rabu, 9 Mei 2012

Hadi, Hamam. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional : Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 5 Februari 2005.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Santoso, Soegeng. 1999. Kesehatan & Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.

Setiyabudi, ragil. 2007. Pengantar gizi masyarakat.

http://Ajago.blogspot.com/2007/12/gizi-kesehatan-masyarakat.html diakses hari rabu, 9 Mei 2012

Trinunggal. 2012. Hindari kuman pada makanan.

http://Trinunggal.net/hindari-kuman-pada-makanan.html diakses hari kamis, 10 Mei 2012

Utama, candra. 2012. Makalah gizi sehat. http://ensiklopedya.blogspot.com/2012/02/makalah-gizi-sehat.html diakses hari jumat, 11 Mei 2012

Wikipedia. 2012. Formaldehida. http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida diakses hari jumat, 11 Mei 2010

By srimahendra

Keperawatan

STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN KLINIS ( ANA,1991,h..9 )

Standar I : Pengkajian

Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status kesehatan klien. Pengkajian ini darus lengkap, sistematis dan berkelanjutan.

Kriteria pengukuran :

1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-kebutuhan klien saat ini.

2. Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai .

3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan..

4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan.

5. Data-data yang relevan didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali.

Standar II :Diagnosa

Perawat menganalisa data yang dikaji untuk menentukan diagnosa.

Kriteria pengukuran :

1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.

2. Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga kesehatan bila memungkinkan.

3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan perawatan.

Standar III : Identifikasi hasil

Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada klien.

Kriteria pengukuran :

1. Hasil diambil dari diagnosa.

2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur.

3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.

4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas klien saat ini dan kemampuan potensial.

5. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien.

6. Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian.

7. Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan.

Standar IV : Perencanaan

Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang menggambarkan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Kriteria pengukuran :

1. Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien.

2. Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.

3. Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan sekarang

4. Rencana tersebut didokumentasikan.

5. Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan.

Standar V : Implementasi

Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.

Kriteria pengukuran :

1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat.

2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat.

3. Intervensi didokumentasikan

Standar VI : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang telah dicapai.

Kriteria pengukuran :

1. Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.

2. Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.

3. Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil.

4. Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa, hasil-hasil dan rencana perawatan untuk selanjutnya,

5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan.

6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi

 

By srimahendra